Sabtu, 26 Januari 2013

Mukena Untuk Ibu - Part 2

Hati ninda terenyuh sekali mendengar doa ibu nya itu. Selama ini ibu begitu kuat mengalami setiap ujian dalam hidupnya tanpa sekalipun ninda mendengarnya mengeluh. Ninda merasa apa yang telah diberikan ibu untuk ia dan adiknya sangatlah tak terhitung nilainya dan ia belum dapat membalas segala kebaikan ibunya. Karena itulah, ninda pun bertekad dalam hati untuk memberikan sesuatu kepada ibunya sebagai wujud rasa sayang. Ya, walaupun apa yang diberikan nya nanti akan jauh sekali nilainya dengan apa yang telah diberikan ibunya selama ini. 

Keesokan harinya di sekolah, ninda bergegas menuju perpustakaan sekolah. Ia dan teman-temannya mendapat tugas untuk merangkum mata pelajaran sejarah. Karena ninda menyelesaikan tugasnya dengan cepat, ia pun memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan membaca buku sampai mata pelajaran sejarah selesai. Ninda berkeliling untuk mencari buku yang menarik untuk ia baca, sampai akhirnya ninda memutuskan untuk membaca sebuah majalah anak-anak. Majalah dengan sampul bergambarkan kelinci itu memiliki banyak sekali ragam informasi yang disampaikan dan terutama yang menarik perhatian ninda adalah rubrik cerpenku yang berisi cerita-cerita pendek didalamnya. Ninda membayangkan kalau saja cerita pendeknya yang ada di dalam majalah itu, pastilah ia akan sangat senang dan bangga. Ninda pun membuka halaman demi halaman majalah. Dan tibalah ia di sebuah halaman yang membuat hatinya senang, yaitu halaman yang menginformasikan bagaimana dan kemana ia dapat mengirimkan cerita pendeknya. Hati ninda bertambah senang, karena di halaman itu pula diinformasikan bahwa bagi peserta yang cerita pendeknya dimuat, akan mendapatkan hadiah uang tunai sebesar Rp 250.000. Seperti melihat cahaya dalam kegelapan, akhirnya ninda pun memiliki kesempatan besar mewujudkan keinginannya untuk membelikan sesuatu untuk ibunya. Dengan uang Rp 250.000 pastilah lebih dari cukup untuk membelikan ibu sepasang mukena baru.

Pikiran ninda pun terfokus pada tema apa yang akan ia jadikan acuan untuk cerita pendeknya. Setelah selesai belajar dan mengajari arian, ninda menyempatkan diri untuk menulis cerita pendeknya. Tema yang ia pilih adalah kasih sayang dengan judul cerita pendeknya adalah "mukena untuk ibu", ya persis seperti apa yang dialaminya saat ini. Batas maksimal pengiriman naskah cerita pendeknya adalah 2 hari lagi dan ninda baru berhasil menuliskan 2 paragraf. Maklum lah ninda harus membantu ibunya untuk membersihkan rumah dan membuat gorengan. Ketika istirahat sekolah ninda menyempatkan diri untuk meneruskan cerita pendeknya. Tidak terasa besok adalah batas pengiriman naskah, maksimal  jam 10 pagi cap pos ninda harus sudah mengirimkannya. Masih ada sekitar 2 paragraf lagi yang harus ninda selesaikan dan ia memutuskan untuk meneruskannya di rumah. 

Siang pun berganti malam, ninda telah selesai mengajari arian belajar. Walaupun besok hari libur, arian haruslah tetap berlatih menghitung. Sekarang saatnya ninda untuk meneruskan paragraf-paragraf  terakhir di cerita pendeknya. Ia pun bergegas menuju kamarnya, saat melewati kamar ibu betapa terkejutnya  ninda melihat ibu menggigil kedinginan di atas tempat tidur. Segera ia hampiri ibunya dan memegang keningnya. Badan ibu panas sekali sepertinya terkena demam. Ninda yang telah terbiasa dengan situasi seperti ini segera mengambil air dingin dan kain untuk mengkompres kening ibu. Ibu yang kedinginan ia selimuti dengan beberapa tumpukan kain agar hangat. Ninda pun meminta tolong arian untuk mengambil obat yang masih sedikit tersisa di dapur, obat yang biasa ia minum ketika tidak enak badan. Seperti orang yang terkena demam lainnya, ibu pun mengigau menyebut nyebut nama suaminya. Entah apa yang sekarang ada di dalam mimpi ibu. Ninda miris sekali mendengar ibu memanggil-manggil nama ayahnya, rasanya ingin sekali ia bertemu ayahnya dan mengajaknya pulang kembali kerumah. Ya, walaupun ayahnya telah pergi dari rumah dan meninggalkan keluarganya tidak sedikit pun ninda benci terhadap ayahnya. Karena ibu selalu menasehati ninda untuk selalu menghormati orang tua apalagi ayahnya. 

Sudah hampir tengah malam dan panas ibu belum juga turun. Ninda masih tidak beranjak dari sebelah ibu karena ia takut ibu nya membutuhkan apa-apa, sedangkan arian sudah sejak tadi tertidur pulas. Sambil menahan kantuk, ninda memeriksa lagi kening ibu dan mengganti air kompresannya. Ninda teringat akan cerita pendeknya yang belum selesai. Ia pun kemudian pergi ke kamar untuk mengambil naskahnya, sembari menemaninya ibunya ia akan mencoba meneruskan cerita pendeknya. Semoga saja kantuk ini bisa segera sirna jika menulis, harapnya. Satu kalimat dua kalimat mulai ia tuliskan, tapi rasa lelah sepanjang hari ini rupanya sudah tidak bisa lagi ia tahan dan akhirnya ia pun terlelap di sebelah ibu.  

Ninda pun terbangun, segera ia melihat jam di dinding dan sudah pukul 07:00. Dilihatnya ibu sudah tidak ada di kasur, ninda pun segera keluar dari kamar dan mendapati sosok ibunya tengah menggoreng gorengan di dapur. Syukurlah, ibu nya telah kembali sehat seperti sedia kala. Rupanya ibu sengaja tidak membangunkan ninda karena ia tahu ninda telah terjaga semalaman di sampingnya. Ninda segera berbenah dan membantu ibu nya menggoreng gorengan. Dan ya ampun, ninda teringat naskah nya yang belum selesai dan harus dikirimkannya hari ini. Segera ia meminta ijin ibunya untuk tidak ikut membantu berjualan. Ninda pun cepat-cepat melanjutkan naskahnya dan pukul 09:00 ia telah selesai dengan naskahnya. Masih ada waktu satu jam untuk menuju kantor pos. Ninda memecahkan celengannya untuk menutupi biaya pengiriman dan transportasi menuju kantor pos, Maklumlah kantor pos hanya berada di kota. Dengan tergesa-gesa ninda pun menuju terminal angkutan umum untuk menuju kantor pos. Ternyata ketergesa-gesaan ninda mebuatnya menjadi ceroboh, ia langsung menyebrang jalan tanpa melihat kanan kiri jalan dan BRAAAAAK!!!!. Tubuh ninda tersungkur ke tepi trotoar dan naskah yang dibawanya terlepas dari genggamannya, sebuah motor yang tengah melaju cepat menabrak ninda yang tengah menyebrang jalan. Ninda pun segera dibawa ke rumah sakit dan pelaku yang menabrak ninda pun dibawa serta menuju rumah sakit.

Ninda terisak-terisak mendapati kaki kirinya tidak bisa digerakkan, namun yang membuatnya lebih sedih adalah karena ia gagal mengirimkan naskahnya. Niatnya untuk memberi hadiah ke ibu telah gagal, dan malah sekarang ia menambah beban ibu karena kaki kirinya patah. Untunglah si penabrak mau mengganti semua biaya rumah sakit ninda dan mengobati kakinya hingga sembuh. Sudah lebih dari satu bulan semenjak kecelakaan, kaki ninda masih di gips dan ia masih berjalan menggunakan tongkat. Kegiatannya membantu ibu sedikit terhambat karena kakinya yang di gips sangat berat dan ninda menjadi mudah lelah. Tiba-tiba ninda teringat kembali akan naskah cerita pendeknya yang hilang saat kecelakaan, seharusnya cerita pendeknya itu sekarang sudah sampai ke redaksi majalah. Tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan nya, ninda pun kembali mengumpulkan niatnya untuk memberikan ibunya hadiah. Ninda kembali menulis cerita pendek untuk dikirimkannya lagi ke majalah. 

Keesokan harinya ketika ninda dan arian pulang sekolah, mereka melihat ada sebuah mobil parkir di depan rumah mereka. Ninda dan arian pun masuk rumah tak lupa mengucapkan salam. Ternyata ada dua orang tamu yang tengah berbincang dengan ibu, yang satu perempuan dan satu lagi laki-laki. Menyadari kedatangan ninda dan arian, ibu segera menyuruh ninda duduk di sebelahnya dan memperkenalkan kedua tamu tersebut. Kemudian tanpa disangka ibu menunjukkan sebuah majalah dengan sampul depan bergambar kelinci yang pernah ia baca di perpustakaan. Ibu membuka halaman dan menunjukkannya pada ninda. Antara percaya atau tidak, ninda mengucek-ngucek matanya berulang-ulang untuk meyakinkan dirinya bahwa apa yang dilihanya di halaman itu adalah kenyataan. Setelah yakin apa yang dilihatnya itu benar-benar nyata, ia pun memeluk ibu. Ninda benar-benar tidak menyangka naskah yang hilang saat kecelakaan, sekarang telah tercetak rapi di sebuah majalah anak-anak menjadi salah satu cerita pendek yang terpilih untuk mengisi rubrik cerpenku. Tak lama ninda tahu, bahwa kedua tamu tersebut adalah tim redaksi dari majalah anak-anak, yaitu pak bobi dan ibu tina. Mereka mengaku menemukan naskah ninda saat tengah mampir di sebuah warung dekat tempat kecelakaan ninda terjadi. Karena pada amplop tertulis nama penerima  adalah redaksi majalah yang dipimpinnya, maka pak bobi berani untuk membuka amplop berisi naskah tersebut. Dan ketika membaca naskah ninda, pak bobi pun langsung terenyuh dengan ceritanya. Ia pun berdiskusi dengan timnya agar cerita pendek ninda bisa mengisi rubrik cerpenku bulan depan. Kebetulan bulan depan adalah bulan Desember, dimana terdapat momen hari ibu di dalamnya. Karena cerita ninda telah berhasil mengisi rubrik cerpenku, maka ninda pun berhak atas uang tunai Rp 250.000. Pak bobi dan bu tina pun memberikan uang tunai tersebut kepada ninda. Tidak dapat dilukiskan betapa senang hati ninda menerima hadiah tersebut terlebih lagi kenginan untuk membelikan ibunya mukena baru bisa segera tercapai. Ninda pun mengucapkan  syukur Alhamdulillah dan tak lupa ia berterima kasih kepada pak bobi dan bu tina . Ternyata janji Allah itu benar, setelah kesulitan pasti ada kemudahan dan ninda percaya itu. :)

Selesai.

Kamis, 24 Januari 2013

Mukena Untuk Ibu - Part 1




Hangatnya mentari baru saja hadir menyapa gugusan indah bumi pertiwi yang dihiasi dengan rimbunnya pepohonan dan merdunya kicauan burung. Hari ini adalah hari senin, dimana saatnya semua orang memulai kembali aktivitas mereka untuk bekerja, bersekolah, berkebun, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Kesibukan di setiap rumah pun tak terelakkan lagi, dari mulai bangun tidur, mandi, menyiapkan baju, sarapan untuk kemudian pergi ke tempat kerja atau sekolah dengan menggunakan kendaraan pribadi ataupun angkutan umum.

Hal itu pun berlaku di sebuah rumah kecil yang sangat sederhana dan berada di tengah-tengah pedesaaan. Dimana aninda, arian dan ibunya tinggal bertiga di rumah itu. Namun bedanya dengan orang-orang yang baru melakukan aktivitas setelah matahari menyapa mereka, ninda begitulah kerapkali aninda dipanggil telah melakukan semua aktivitas saat mentari masih terjaga di peraduannya bahkan seringnya aninda lah yang menyapa mentari terlebih dahulu. Bersama ibunya, ninda yang merupakan anak sulung dari 2 bersaudara telah menyiapkan bahan-bahan untuk membuat gorengan seperti pisang goreng, tempe tepung, tahu tepung dan bakwan. Sebelum adzan subuh berkumandang, ninda dan ibunya harus mengolah bahan-bahan serta meracik adonan agar setelah solat subuh mereka dapat langsung menggorengnya.

Adzan subuh pun berkumandang, bersama ibu dan adiknya, ninda pun melaksanakan solat subuh berjamaah. Oh iya, kalian pasti bertanya-tanya dimana ayah ninda berada kan. Sudah lebih dari 5 tahun ini ayah ninda pergi entah kemana. Awalnya ayah ninda meminta izin kepada istrinya untuk pergi merantau ke kota untuk mencari pekerjaan. Namun jangankan untuk mengirimkan sejumlah uang kepada istri dan anak-anaknnya, memberi kabar pun tidak. Ibu ninda sangat khawatir sekali pada saat itu, setiap hari dia berdoa agar Allah selalu melindungi suaminya dimanapun berada. Satu, dua tahun ibu ninda terus menunggu kabar dari suaminya sampai pada akhirnya terdengar desas desus bahwa ayah ninda telah menikah lagi dengan wanita lain di kota. Ibu ninda pun pasrah mendengar kabar tersebut, ia sangat sedih. Namun hidup harus terus berjalan, ibu ninda pun sadar masih ada dua orang anak yang memerlukan perhatian dan kasih sayangnya. Dia tidak lagi memikirkan suami yang telah mengkhianatinya biarlah suaminya bahagia bersama wanita lain, ia ikhlas.

Semua gorengan telah selesai dimasak. Kini tugas ninda adalah menyiapkan buku-buku pelajaran dan kemudian berangkat sekolah serta tidak lupa membawa sebagian gorengan untuk dijualnya di sekolah. Bersama arian, ninda pun pergi ke sekolah, tak lupa ia mencium tangan ibunya yang mulai terlihat keriput.  Tugas ibu yang lain pun telah menanti, setelah ninda dan arian pergi ke sekolah kini ibu bergegas mengantarkan gorengan ke warung-warung yang biasa dititipkan gorengan. Lima warung bersedia dititipkan gorengan buatan ibu, hasilnya lumayan untuk sekedar makan sehari-hari. Setelah menitipkan gorengan di warung-warung, ibu lantas menuju ke rumah-rumah tetangga untuk mengambil cucian kotor mereka. Ya, tugas ibu selanjutnya adalah mencuci pakaian-pakaian tetangga, hasilnya lumayan untuk biaya sekolah ninda dan arian. Walaupun terkadang uang yang dikumpulkannya kurang untuk menutupi biaya rumah tangga juga uang sekolah tapi tidak sedikitpun ibu memiliki hutang kepada orang lain. Prinsip ibu adalah walaupun susah yang penting tidak terlilit hutang.

Bel istirahat pun telah berbunyi, dan kini saatnya ninda menggelar barang dagangannya di kelas. Tidak sedikit teman-temannya yang membeli gorengan hasil buatan ia dan ibunya dan mereka menikmati sekali gorengan yang dijual ninda. Selain rasanya enak, harganya pun lebih terjangkau daripada yang dijual di kantin sekolah. Lagi pula mereka tahu gorengan yang dijual oleh ninda pastilah dibuat dari bahan-bahan yang baik dan tidak mengandung bahan-bahan yang aneh-aneh sehingga aman untuk dikonsumsi. Semua gorengan telah habis terjual dan kini saatnya ia memakan gorengan yang sebelumnya telah ia sisihkan untuk dimakan bersama adiknya.

Bel masuk pun berbunyi setelah 15 menit. Sekarang adalah saatnya pelajaran favorit ninda yaitu bahasa indonesia. Ninda senang sekali menulis dan membaca, bu nina guru bahasa indonesia aninda pun sangat mengetahui bahwa ninda memiliki bakat dalam dunia tulis menulis dan membaca. Maka dari itu, bu nina pernah menyuruh ninda untuk mengikuti lomba mengarang cerita pendek yang diadakan sebuah majalah anak-anak. Ninda pun bersemangat sekali untuk mengikuti lomba tersebut, ia pun segera mencari tema yang menarik untuk dijadikan sebagai cerita pendeknya. Namun sayang sekali, pada akhirnya cerita pendek ninda tidak jadi dikirimkan ke majalah tersebut karena ninda terlambat memberikan cerpen nya ke bu nina. Waktu itu ninda kerepotan sekali karena ibunya sakit, sehingga ninda lah yang harus mengurus semua pekerjaan rumah tangga sehingga tidak ada waktu untuk meneruskan cerpennya.

Siang pun berganti malam, ninda telah selesai mengerjakan pekerjaan rumahnya. Sekarang saatnya ninda membantu arian belajar. Ninda yang sekarang tengah duduk di bangku kelas 5 dengan sabar mengajari arian untuk belajar matematika, pelajaran yang sangat tidak disukai oleh arian. Walaupun sekarang arian sudah duduk di kelas 2 SD, tapi kemampuannya berhitung perkalian masih sangat lemah. Selesai mengajari arian belajar, ninda pun menuju ke kamarnya untuk solat isya. Saat menuju kamar, mata ninda menangkap sosok ibu yang tengah berdoa setelah selesai solat di kamarnya. Ninda terpaku melihat setiap air mata yang menetes dari mata orang yang sangat disayanginya itu. Tetes demi tetes air mata jatuh membasahi mukena ibu yang sudah terlihat sangat usang. Mukena yang tidak pernah digantinya semenjak menikah 12 tahun yang lalu. “nak,” suara ibu mengejutkan ninda yang masih diam terpaku. “kamu sedang apa berdiri disitu?” tanya ibu lagi. Ninda pun kemudian mendekati ibunya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. “bu, apa ninda boleh tahu doa apa yang ibu kirimkan untuk Allah?” tanya ninda. Ibu pun tersenyum mendengar pertanyaan dari putri sulungnya itu. “Doa ibu sederhana sayang, pada intinya ibu hanya minta kepada Allah agar kita selalu diberikan kekuatan disetiap kehidupan yang kita jalani baik itu senang ataupun sedih dan ibu juga minta agar Allah selalu meletakkan dunia ini ditangan kita bukan di hati kita agar kita nantinya tidak termasuk orang-orang yang merugi ” jawab ibu.  

bersambung.