Hangatnya mentari baru saja hadir menyapa gugusan indah bumi pertiwi yang dihiasi dengan rimbunnya pepohonan dan merdunya kicauan burung. Hari ini adalah hari senin, dimana saatnya semua orang memulai kembali aktivitas mereka untuk bekerja, bersekolah, berkebun, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Kesibukan di setiap rumah pun tak terelakkan lagi, dari mulai bangun tidur, mandi, menyiapkan baju, sarapan untuk kemudian pergi ke tempat kerja atau sekolah dengan menggunakan kendaraan pribadi ataupun angkutan umum.
Hal itu pun berlaku di sebuah rumah kecil yang sangat
sederhana dan berada di tengah-tengah pedesaaan. Dimana aninda, arian dan
ibunya tinggal bertiga di rumah itu. Namun bedanya dengan orang-orang yang baru
melakukan aktivitas setelah matahari menyapa mereka, ninda begitulah kerapkali
aninda dipanggil telah melakukan semua aktivitas saat mentari masih terjaga di
peraduannya bahkan seringnya aninda lah yang menyapa mentari terlebih dahulu. Bersama
ibunya, ninda yang merupakan anak sulung dari 2 bersaudara telah menyiapkan
bahan-bahan untuk membuat gorengan seperti pisang goreng, tempe tepung, tahu
tepung dan bakwan. Sebelum adzan subuh berkumandang, ninda dan ibunya harus
mengolah bahan-bahan serta meracik adonan agar setelah solat subuh mereka dapat
langsung menggorengnya.
Adzan subuh pun berkumandang, bersama ibu dan adiknya, ninda
pun melaksanakan solat subuh berjamaah. Oh iya, kalian pasti bertanya-tanya
dimana ayah ninda berada kan. Sudah lebih dari 5 tahun ini ayah ninda pergi
entah kemana. Awalnya ayah ninda meminta izin kepada istrinya untuk pergi
merantau ke kota untuk mencari pekerjaan. Namun jangankan untuk mengirimkan
sejumlah uang kepada istri dan anak-anaknnya, memberi kabar pun tidak. Ibu ninda
sangat khawatir sekali pada saat itu, setiap hari dia berdoa agar Allah selalu
melindungi suaminya dimanapun berada. Satu, dua tahun ibu ninda terus menunggu
kabar dari suaminya sampai pada akhirnya terdengar desas desus bahwa ayah ninda
telah menikah lagi dengan wanita lain di kota. Ibu ninda pun pasrah mendengar
kabar tersebut, ia sangat sedih. Namun hidup harus terus berjalan, ibu ninda pun
sadar masih ada dua orang anak yang memerlukan perhatian dan kasih sayangnya.
Dia tidak lagi memikirkan suami yang telah mengkhianatinya biarlah suaminya
bahagia bersama wanita lain, ia ikhlas.
Semua gorengan telah selesai dimasak. Kini tugas ninda adalah
menyiapkan buku-buku pelajaran dan kemudian berangkat sekolah serta tidak lupa
membawa sebagian gorengan untuk dijualnya di sekolah. Bersama arian, ninda pun
pergi ke sekolah, tak lupa ia mencium tangan ibunya yang mulai terlihat
keriput. Tugas ibu yang lain pun telah
menanti, setelah ninda dan arian pergi ke sekolah kini ibu bergegas
mengantarkan gorengan ke warung-warung yang biasa dititipkan gorengan. Lima
warung bersedia dititipkan gorengan buatan ibu, hasilnya lumayan untuk sekedar
makan sehari-hari. Setelah menitipkan gorengan di warung-warung, ibu lantas
menuju ke rumah-rumah tetangga untuk mengambil cucian kotor mereka. Ya, tugas
ibu selanjutnya adalah mencuci pakaian-pakaian tetangga, hasilnya lumayan untuk
biaya sekolah ninda dan arian. Walaupun terkadang uang yang dikumpulkannya
kurang untuk menutupi biaya rumah tangga juga uang sekolah tapi tidak sedikitpun
ibu memiliki hutang kepada orang lain. Prinsip ibu adalah walaupun susah yang
penting tidak terlilit hutang.
Bel istirahat pun telah berbunyi, dan kini saatnya ninda menggelar
barang dagangannya di kelas. Tidak sedikit teman-temannya yang membeli gorengan
hasil buatan ia dan ibunya dan mereka menikmati sekali gorengan yang dijual ninda.
Selain rasanya enak, harganya pun lebih terjangkau daripada yang dijual di
kantin sekolah. Lagi pula mereka tahu gorengan yang dijual oleh ninda pastilah
dibuat dari bahan-bahan yang baik dan tidak mengandung bahan-bahan yang
aneh-aneh sehingga aman untuk dikonsumsi. Semua gorengan telah habis terjual
dan kini saatnya ia memakan gorengan yang sebelumnya telah ia sisihkan untuk
dimakan bersama adiknya.
Bel masuk pun berbunyi setelah 15 menit. Sekarang adalah
saatnya pelajaran favorit ninda yaitu bahasa indonesia. Ninda senang sekali
menulis dan membaca, bu nina guru bahasa indonesia aninda pun sangat mengetahui
bahwa ninda memiliki bakat dalam dunia tulis menulis dan membaca. Maka dari
itu, bu nina pernah menyuruh ninda untuk mengikuti lomba mengarang cerita
pendek yang diadakan sebuah majalah anak-anak. Ninda pun bersemangat sekali
untuk mengikuti lomba tersebut, ia pun segera mencari tema yang menarik untuk
dijadikan sebagai cerita pendeknya. Namun sayang sekali, pada akhirnya cerita
pendek ninda tidak jadi dikirimkan ke majalah tersebut karena ninda terlambat
memberikan cerpen nya ke bu nina. Waktu itu ninda kerepotan sekali karena
ibunya sakit, sehingga ninda lah yang harus mengurus semua pekerjaan rumah
tangga sehingga tidak ada waktu untuk meneruskan cerpennya.
Siang pun berganti malam, ninda telah selesai mengerjakan
pekerjaan rumahnya. Sekarang saatnya ninda membantu arian belajar. Ninda yang
sekarang tengah duduk di bangku kelas 5 dengan sabar mengajari arian untuk
belajar matematika, pelajaran yang sangat tidak disukai oleh arian. Walaupun
sekarang arian sudah duduk di kelas 2 SD, tapi kemampuannya berhitung perkalian
masih sangat lemah. Selesai mengajari arian belajar, ninda pun menuju ke
kamarnya untuk solat isya. Saat menuju kamar, mata ninda menangkap sosok ibu
yang tengah berdoa setelah selesai solat di kamarnya. Ninda terpaku melihat
setiap air mata yang menetes dari mata orang yang sangat disayanginya itu.
Tetes demi tetes air mata jatuh membasahi mukena ibu yang sudah terlihat sangat
usang. Mukena yang tidak pernah digantinya semenjak menikah 12 tahun yang lalu.
“nak,” suara ibu mengejutkan ninda yang masih diam terpaku. “kamu sedang apa
berdiri disitu?” tanya ibu lagi. Ninda pun kemudian mendekati ibunya dengan
mata yang sedikit berkaca-kaca. “bu, apa ninda boleh tahu doa apa yang ibu
kirimkan untuk Allah?” tanya ninda. Ibu pun tersenyum mendengar pertanyaan dari
putri sulungnya itu. “Doa ibu sederhana sayang, pada intinya ibu hanya minta
kepada Allah agar kita selalu diberikan kekuatan disetiap kehidupan yang kita
jalani baik itu senang ataupun sedih dan ibu juga minta agar Allah selalu
meletakkan dunia ini ditangan kita bukan di hati kita agar kita nantinya tidak
termasuk orang-orang yang merugi ” jawab ibu.
bersambung.
bersambung.
Udah bagus nda.. tapi kurang percakapan ya. Jadi agak hambar karena kurang bumbu penyedap.. Tapi over all bagus kok :) jangan berhenti menulis ya:)
BalasHapussip tia makasih :)
BalasHapusSo sweet sekali ini, he..he.. btw klo mau cari yang jual mukena katun bisa hubungi
BalasHapus