Kamis, 24 Januari 2013

Mukena Untuk Ibu - Part 1




Hangatnya mentari baru saja hadir menyapa gugusan indah bumi pertiwi yang dihiasi dengan rimbunnya pepohonan dan merdunya kicauan burung. Hari ini adalah hari senin, dimana saatnya semua orang memulai kembali aktivitas mereka untuk bekerja, bersekolah, berkebun, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Kesibukan di setiap rumah pun tak terelakkan lagi, dari mulai bangun tidur, mandi, menyiapkan baju, sarapan untuk kemudian pergi ke tempat kerja atau sekolah dengan menggunakan kendaraan pribadi ataupun angkutan umum.

Hal itu pun berlaku di sebuah rumah kecil yang sangat sederhana dan berada di tengah-tengah pedesaaan. Dimana aninda, arian dan ibunya tinggal bertiga di rumah itu. Namun bedanya dengan orang-orang yang baru melakukan aktivitas setelah matahari menyapa mereka, ninda begitulah kerapkali aninda dipanggil telah melakukan semua aktivitas saat mentari masih terjaga di peraduannya bahkan seringnya aninda lah yang menyapa mentari terlebih dahulu. Bersama ibunya, ninda yang merupakan anak sulung dari 2 bersaudara telah menyiapkan bahan-bahan untuk membuat gorengan seperti pisang goreng, tempe tepung, tahu tepung dan bakwan. Sebelum adzan subuh berkumandang, ninda dan ibunya harus mengolah bahan-bahan serta meracik adonan agar setelah solat subuh mereka dapat langsung menggorengnya.

Adzan subuh pun berkumandang, bersama ibu dan adiknya, ninda pun melaksanakan solat subuh berjamaah. Oh iya, kalian pasti bertanya-tanya dimana ayah ninda berada kan. Sudah lebih dari 5 tahun ini ayah ninda pergi entah kemana. Awalnya ayah ninda meminta izin kepada istrinya untuk pergi merantau ke kota untuk mencari pekerjaan. Namun jangankan untuk mengirimkan sejumlah uang kepada istri dan anak-anaknnya, memberi kabar pun tidak. Ibu ninda sangat khawatir sekali pada saat itu, setiap hari dia berdoa agar Allah selalu melindungi suaminya dimanapun berada. Satu, dua tahun ibu ninda terus menunggu kabar dari suaminya sampai pada akhirnya terdengar desas desus bahwa ayah ninda telah menikah lagi dengan wanita lain di kota. Ibu ninda pun pasrah mendengar kabar tersebut, ia sangat sedih. Namun hidup harus terus berjalan, ibu ninda pun sadar masih ada dua orang anak yang memerlukan perhatian dan kasih sayangnya. Dia tidak lagi memikirkan suami yang telah mengkhianatinya biarlah suaminya bahagia bersama wanita lain, ia ikhlas.

Semua gorengan telah selesai dimasak. Kini tugas ninda adalah menyiapkan buku-buku pelajaran dan kemudian berangkat sekolah serta tidak lupa membawa sebagian gorengan untuk dijualnya di sekolah. Bersama arian, ninda pun pergi ke sekolah, tak lupa ia mencium tangan ibunya yang mulai terlihat keriput.  Tugas ibu yang lain pun telah menanti, setelah ninda dan arian pergi ke sekolah kini ibu bergegas mengantarkan gorengan ke warung-warung yang biasa dititipkan gorengan. Lima warung bersedia dititipkan gorengan buatan ibu, hasilnya lumayan untuk sekedar makan sehari-hari. Setelah menitipkan gorengan di warung-warung, ibu lantas menuju ke rumah-rumah tetangga untuk mengambil cucian kotor mereka. Ya, tugas ibu selanjutnya adalah mencuci pakaian-pakaian tetangga, hasilnya lumayan untuk biaya sekolah ninda dan arian. Walaupun terkadang uang yang dikumpulkannya kurang untuk menutupi biaya rumah tangga juga uang sekolah tapi tidak sedikitpun ibu memiliki hutang kepada orang lain. Prinsip ibu adalah walaupun susah yang penting tidak terlilit hutang.

Bel istirahat pun telah berbunyi, dan kini saatnya ninda menggelar barang dagangannya di kelas. Tidak sedikit teman-temannya yang membeli gorengan hasil buatan ia dan ibunya dan mereka menikmati sekali gorengan yang dijual ninda. Selain rasanya enak, harganya pun lebih terjangkau daripada yang dijual di kantin sekolah. Lagi pula mereka tahu gorengan yang dijual oleh ninda pastilah dibuat dari bahan-bahan yang baik dan tidak mengandung bahan-bahan yang aneh-aneh sehingga aman untuk dikonsumsi. Semua gorengan telah habis terjual dan kini saatnya ia memakan gorengan yang sebelumnya telah ia sisihkan untuk dimakan bersama adiknya.

Bel masuk pun berbunyi setelah 15 menit. Sekarang adalah saatnya pelajaran favorit ninda yaitu bahasa indonesia. Ninda senang sekali menulis dan membaca, bu nina guru bahasa indonesia aninda pun sangat mengetahui bahwa ninda memiliki bakat dalam dunia tulis menulis dan membaca. Maka dari itu, bu nina pernah menyuruh ninda untuk mengikuti lomba mengarang cerita pendek yang diadakan sebuah majalah anak-anak. Ninda pun bersemangat sekali untuk mengikuti lomba tersebut, ia pun segera mencari tema yang menarik untuk dijadikan sebagai cerita pendeknya. Namun sayang sekali, pada akhirnya cerita pendek ninda tidak jadi dikirimkan ke majalah tersebut karena ninda terlambat memberikan cerpen nya ke bu nina. Waktu itu ninda kerepotan sekali karena ibunya sakit, sehingga ninda lah yang harus mengurus semua pekerjaan rumah tangga sehingga tidak ada waktu untuk meneruskan cerpennya.

Siang pun berganti malam, ninda telah selesai mengerjakan pekerjaan rumahnya. Sekarang saatnya ninda membantu arian belajar. Ninda yang sekarang tengah duduk di bangku kelas 5 dengan sabar mengajari arian untuk belajar matematika, pelajaran yang sangat tidak disukai oleh arian. Walaupun sekarang arian sudah duduk di kelas 2 SD, tapi kemampuannya berhitung perkalian masih sangat lemah. Selesai mengajari arian belajar, ninda pun menuju ke kamarnya untuk solat isya. Saat menuju kamar, mata ninda menangkap sosok ibu yang tengah berdoa setelah selesai solat di kamarnya. Ninda terpaku melihat setiap air mata yang menetes dari mata orang yang sangat disayanginya itu. Tetes demi tetes air mata jatuh membasahi mukena ibu yang sudah terlihat sangat usang. Mukena yang tidak pernah digantinya semenjak menikah 12 tahun yang lalu. “nak,” suara ibu mengejutkan ninda yang masih diam terpaku. “kamu sedang apa berdiri disitu?” tanya ibu lagi. Ninda pun kemudian mendekati ibunya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. “bu, apa ninda boleh tahu doa apa yang ibu kirimkan untuk Allah?” tanya ninda. Ibu pun tersenyum mendengar pertanyaan dari putri sulungnya itu. “Doa ibu sederhana sayang, pada intinya ibu hanya minta kepada Allah agar kita selalu diberikan kekuatan disetiap kehidupan yang kita jalani baik itu senang ataupun sedih dan ibu juga minta agar Allah selalu meletakkan dunia ini ditangan kita bukan di hati kita agar kita nantinya tidak termasuk orang-orang yang merugi ” jawab ibu.  

bersambung.

3 komentar:

  1. Udah bagus nda.. tapi kurang percakapan ya. Jadi agak hambar karena kurang bumbu penyedap.. Tapi over all bagus kok :) jangan berhenti menulis ya:)

    BalasHapus
  2. So sweet sekali ini, he..he.. btw klo mau cari yang jual mukena katun bisa hubungi

    BalasHapus